Love is Hurt (Chapter 2)

Gambar

Tittle : Love is Hurt

 

Author : Carol (ICE)

 

Cover : Carol (ICE)

 

Cast :

Park JiYeon (OC)

Oh SeHun (EXO-K)

Xi LuHan (EXO-M)

 

Other Cast :

Kim JongIn a.k.a Kai (EXO-K)

Park ChanYeol (EXO-K)

Byun BaekHyun (EXO-K)

Choi Minri (OC)

Lee HyeLim (OC)

Cho Ahra (OC)

 

Genre : Romance, SchoolLife, Sad, hurt, etc

 

Length : Chapters

 

Desclaimer : School child’s life, love, friendship all here. A love triangle going on in this story. Conflict, jealousy adorn this fanfiction. This Fiction is just my imagination. not a fact >.<

Author’s Note  : For the first, author mau bilang annyeong buat para readers. Ini FF pertama di blog ku ini. Maklum lah aku kan masih amatir buat nulis. Hobby nulis aja baru-baru ini. Kosakata dan majas juga gak terlalu ngerti. Jadi jika ada kekurangan di cerita ini harap di maklumin. Dan Fanfic ini udah pernah author kirim ke Facebooknya author. Dan bakal ada banyak Typo bertebaran di sini. ahh!! udah deh gak mau ngebacot terus. so..

 

HAPPY READING ^^

———Love is Hurt———

 

 

-Chapter 2-

 

 

JIYEON’S POV

 

Aku berlari menyusuri dari parkiran menuju kelas ku. Aku tidak peduli seberapa banyak keringat yang akan keluar dari pelupuh keningku ini. Yang aku pikirkan hanya semoga songsaenim belum masuk ke kelas. Benar! Aku terlambat! Aku berlari sambil membawa biola di tangan kiriku, sambil membelokkan kepalaku ke kanan ke kiri, mencari-cari kelas ku. Kelas musik. Aku anak baru disini. Pabonya aku tidak tahu dimana letak kelasku. Dan Pabonya lagi, aku tidak tahu jam kelas musik dimulai. Kelas musik sudah dimulai 10 menit yang lalu.  Aku melihat jam di tangan kananku dengan masih dalam keadaan berlari.

 

 

“BRUKKK”

 

 

Aku menabrak seseorang. Kenapa aku begitu ceroboh? Tidak bisakah aku tidak membuat masalah pada pagi ini? Aku berhenti sejenak dan berbalik menuju arahnya. Ternyata seorang namja. Dan aku membuat barang-barangnya terjatuh. Apa aku terlalu keras menabraknya?

 

 

“ahh Mianhae. Aku sedang buru-buru”

 

 

Aku pun berjongkok mencoba menebus kesalahan ku dengan menolongnya mengambilkan barang-barangnya yang terjatuh dan mengembalikannya. Namun belum sempat aku mengambilnya, namja itu mendahului ku. Dia mengambil barangnya dan juga tasnya yang terjatuh. Lalu menggendong dengan salah satu tangannya. Aku pun berdiri agar aku sejajar dengannya

 

Jeongmal mianhae ne. Aku sedang terlambat”

 

Sekali lagi aku meminta maaf padanya. Namun dia hanya diam. Tak membalas ucapan ku sedikitpun. Dia hanya menatap ku dengan dingin. Aku bisa melihat matanya yang menunjukkan amarah. Namun dia berusaha menutupinya dengan raut wajahnya yang datar. Tanpa lama-lama, dia langsung berbalik meninggalkan ku. Aku hanya bisa diam melihat punggungnya yang perlahan-lahan menghilang di belokan ujung koridor.

 

“Ahh! Aku lupa!”

 

Aku lupa dengan tujuan utamaku. Aku kembali berlari dan akhirnya aku menemukan kelas musik yang aku cari dari tadi. Aku berhenti sejenak, kulihat dari jendela untuk melihat keadaan kelas. Ternyata nam songsaenim sudah masuk dan sedang menjelaskan materi.

 

Aku menarik nafas ku dalam-dalam dan menghembuskannya. Lalu aku mengangguk yakin. Aku siap menerima hukuman apapun dari songsaenim. Aku pun memegang gagang pintu lalu mendorongnya agar terbuka. Setelah aku membuka aku masuk dan menutup pintu. Aku lihat seluruh keadaan kelas melihat ke arahku dan juga  nam songsaenim yang berhenti sejenak menjelaskan materinya. Aku pun berjalan menuju songsaenim dan segera menundukkan kepalaku.

 

 

Annyeonghaseo Songsaenim, Mianhamnida, aku terlambat”

 

 

Aiggooo.. Bagaimana kau bisa terlambat? Ottokhe?” katanya dengan lembut namun bisa kurasakan dia kecewa ada murid yang telat saat jam pelajarannya.

 

“Aku tak tau jam pelajaran kelas musik” kataku dengan seadanya. Ku lirik dan ku dengar seisi kelas berbisik-bisik. Mungkin membicarakan ku yang tidak tahu diri dengan mengatakan tidak tahu jam pelajaran kelas musik.

 

Molla? Apa kau anak baru disini? aku tidak pernah melihatmu berada di kelas ini?”

 

Nde, Songsaenim. Aku anak baru. Namun aku belum tau jam pelajaran kelas musik”

 

Aku masih menunduk. Aku tak berani menatap nam songsaenim ini. Namun aku sedikit meliriknya. Ku rasa dia sedang melihat ke arahku sambil berpikir. Lalu ku lirik lagi, dia tengah memasang kedua matanya kearah benda yang ku bawa di tangan kiriku. Biola ku!

 

“Apa itu sebuah biola?”, tanyanya menyelidiki

 

Nde, Songsaenim

 

“Aku rasa kau anak yang pandai dalam bermain biola. Bagaimana Jika kau memperlihatkan keahlianmu bermain biola. Lalu kau perkenalkan dirimu setelah itu kau boleh duduk. Ara?

 

Mwo? Memainkannya?”

 

Wae? Kau tidak mau? Kau mau berdiri di luar?”

 

Aniyo, songsaenim. Aku bisa memainkannya”

 

“Kalau begitu bermainlah”

 

Nde, Songsaenim. Algeseumnida,

 

Aku membuka tas biola ku dan mengambilnya. Pertama kali aku akan memainkannya di depan suasana yang baru. Aku menatap seisi kelas sebentar. Aku menarik nafas dan menutup mataku agar aku bisa tenang dan menghilangkan rasa gugup ku saat bermain. Lalu aku mengangkat biola ku, menaruh nya di pundak kiriku, menjepitnya dengan dagu ku dan aku mulai bermain. Tak sedikit dari seisi kelas berbisik-bisik membicarakan ku. Namun ku coba untuk tak mendengarkan mereka dan tetap ku bawa diriku ke dalam permainanku sendiri.

 

 

———Love is Hurt———

 

 

SEHUN’S POV

 

Aku mendudukan diriku di lantai dan menyenderkan punggungku di dinding atap sekolah. Memang enak jika berada di sini. Udara sejuk yang ingin ku hirup. Angin yang perlahan membelai rambut ku. Sinar matahari yang tidak terlalu terik yang dapat membuat rasa kantuk ku datang. Suasana ini juga dapat mengembalikan ingatan memori ku di masa lalu.

 

“Saranghae chagi-ya..”

 

“Nado saranghae oppa..”

 

Memori itu kembali terulang di kepalaku.

 

“Oppa ini semua tidak seperti yang kau kira oppa…”

 

 

“Ini semua hanya salah paham, oppa. Jeongmal mianhae..”

 

 

“Kau salah chagi-ya.. Ini semua salahku”, sesal ku dalam hati. Tanpa aku sadari, setetes air mata jatuh dari pelupuk mata ku dan mengaliri pipiku. Segera aku menghapusnya, aku yakin dia tak suka melihat ku menangis.

 

Setelah ku yakin tidak ada air mata. Aku teringat akan iPod dan Headseat ku. Ya, aku akan tenangkan hatiku sejenak. Ku rogoh saku celanaku dan langsung aku memakai Headseat di kedua lubang telingaku. Ku cari track list song di iPod ku. Aku tersenyum kecil ketika tertera judul lagu “Baby”. Langsung saja aku menekan tombol ‘play’ nya. Dan ku dengar setiap lirik dari lagu ini

 

“Naega nungama gidohan i sungani geudae ein mameul anajulge cheoncheonhi..”

 

“Oneuri hanbeonui chance na naeditneun cheot georeum”

 

“Yaksok… srkkkksrkkk.. Hal… srkkkk  Ge… srkkk..jal haegoya srkk….”

 

“Kenapa jadi begini?”,gumamku. Ku tekan tombol pause dank u lepas headseat ku.

 

“Apa telingaku yang salah?”, ku pukul-pukul kecil kedua telinga ku.

 

“tidak ada apa-apa. Normal saja”, gumamku lagi. Ku coba untuk memasang kembali kedua headseat ku dan kembali ku dengar.

 

“Gidae… srrkkkkk…. Mankeum… srkkkk…  na yeoksi srkkkkk,… haengbokhage……”

 

“…………….”

 

“Apa-apaan ini?” , kataku sembari melepas kedua headseat ku. Stelah mendapati bunyi aneh, hilang-hilang dan kini tak terdengar lagi.

 

“Damn!! Rusak sudah headseat ku!!”

 

“Semua ini gara-gara yoeja itu!!!”

 

 

———Love is Hurt———

 

LUHAN’S POV

 

“ini lumayan..”, gumamku setelah mendengarkan permainan biola dari yoeja baru yang sedang berada di depan kelas.

 

Aku sedang terduduk malas di bangku. Rasanya ingin sekali aku tidak masuk kuliah. Seisi kelas rasanya sedang serius memerhatikan songsaenim. Namun tidak denganku, aku memang memerhatikan songsaenim tapi tak satupun kata yang keluar dari mulutnya yang ku dengarkan hingga seorang mengalihkan pandanganku. Mungkin bukan hanya aku saja , tapi seisi kelas. Anak baru.

 

“Prok… prok.. prok..” , tepuk tangan dari seisi kelas ini untuk yoeja itu yang telah memainkan biolanya dengan sangat baik. Aku tak ikut bertepuk tangan namun jika kalian melihat ku di kelas ini, kalian akan melihatku yang sedang menyunggingkan sudut bibirku. Ku akui itu memang indah

 

“Ya!! Kenapa kau tidak ikut tepuk tangan?”, tanya temanku dengan suara beratnya seraya menyenggol lenganku, Park Chanyeol. Dia teman sebangku ku.

 

“Nde.. Apa kau tidak melihatnya tadi? Itu sangat menyejukkan aliran hatiku, Luhan-ya”, kata Baekhyun, teman yang duduk di belakangku juga ikut-ikut menambahi kata-kata Chanyeol.

 

Aku hanya menatap mereka sejenak dan tersenyum. Lalu kembali melihat ke depan, dapat ku rasakan bahwa mereka saling bertatapan aneh.

 

Kulihat lagi yoeja itu. Dapat ku lihat raut ketakutan dari wajahnya ketika melihat songsaenim yang marah. Namun anggapanku bilang bahwa songsaenim tidak marah, dia hanya ingin melihat rasa tanggung jawab dari murid-muridnya. Cantik, pikirku

 

 

 

———Love is Hurt———

AUTHOR’S POV

 

Tak disangka oleh Jiyeon bahwa permainannya akan mendapat respon yang baik untuk jiyeon. Ini akan menjadi awal yang bagus untuk Jiyeon agar mendapat banyak teman. Jiyeon membungkuk dan menatap seisi kelas dengan wajah yang kini kembali cerah.

 

“Gamsahamnida”,  kata jiyeon berucap pada seisi kelas dan jangan lupakan songsaenimnya yang readers yang disini entah siapa namanya #abaikan -.-

 

Setelah seisi kelas kembali terdiam. Kini songsaenimnya yang memuji jiyeon.

 

“Kau sungguh berbakat.. disini banyak yang dapat bermain biola. Tapi tidak sebagus dirimu..”, kata songsaenim sembari menepuk pelan pundak Jiyeon.

 

“Aniyo, songsaenim. Ini tidak bagus”

 

“Yasudah terserahmu saja. Sekarang perkenalkanlah dirimu dengan teman-teman barumu ini”, timpal songsaenim lagi

 

“nde..”

 

Kini jiyeon menatap seisi kelas yang sebentar lagi menjadi temannya atau sahabatnya, musuhnya, atau bahkan namjachingunya. Entahlah readers.. :D

 

“Annyeonghaseo , chingudeul. Nan Park Jiyeon imnida. Kalian bisa memanggilku dengan Jiyeon. Aku pindahan dari Canada”

 

“Ahh.. ada yang ingin bertanya tentang jiyeon?”, kata songsaenim menatap anak-anak didiknya.

 

“Bagaimana keadaan di Canada?”

 

“Kenapa kau pindah ke Seoul?”

 

“Kau kursus biola dimana?”

 

Teriak anak-anak saling bersahutan di kelas seni musik itu. melihat itu Baekhyun dan Chanyeol tidak mau kalah.

 

“Berapa nomer handphone mu, Jiyeon-ah?”, tanya baekhyun

 

“Apa kau sudah punya namjachingu?”, ungkap chanyeol

 

Dan itu sukses membuat Luhan menatap aneh  kedua teman kelasnya itu. bukan hanya Luhan yang merasa aneh dengan pertanyaan duo BaekYeol ini. Namun songsaenim yang berdiri juga kini ikut-ikutan menatap tajam kearah BaekYeol.

 

“Jiyeon-ah. Kau boleh duduk di samping Minri..”

 

Terlihat yoeja berkacamata dengan senyuman manis itu sedang duduk sendirian. Dan jiyeonpun tersenyum untuk minri sambil menuju bangku barunya.

 

Dari gerak – gerik jiyeon, sedari tadi seseorang yang juga di kelas itu telah menatap jiyeon sampai ia benar-benar duduk di samping minri.

 

 

———Love is Hurt———

JIYEON’S POV

 

“Kring….Kring…”

 

“ok anak-anak. Pelajaran hari ini sampai disini. Annyeonghaseo..”

 

“Annyeonghasimnika , songsaenim”, jawab seisi kelas sembari merapikan buku-buku dan bawaan mereka.

 

Aku sedang merapikan buku-buku ku serta merapikan kembali biolaku. Dan ku lihat masih ada beberapa anak di kelas termasuk teman sebangku yang kini sudah menjadi teman dan mungkin bisa di bilang sahabat.

 

“Jiyeon-ah.. kau belajar biola dimana?”, ternyata dia yang menanyakan ini sedari aku masuk kelas.

 

“ahh.. aku sudah diajarkan oleh eommaku dari kecil. Waeyo minri-ya?”, tanyaku padanya

 

“Aniyo.. Aku juga sedang belajar biola, tapi sampai sekarang aku belum bisa juga. Bisakah aku belajar dengan mu?” , tanya nya dengan penuh harap.

 

“Tentu saja, minri-ya..”, ucapku seraya tersenyum untuk meyakinkannya bahwa aku akan mengajarkannya dengan tulus.

 

“mengapa kau tidak meminta ku untuk mengajarimu, chagi-ya…”, ucap namja yang tiba-tiba saja merangku Minri yang kuyakini dia adalah namjachingu Minri.

 

“Mwo??!!”, ucap minri kaget.

 

“Ya!! Singkirkan tanganmu dari Minri tiang listrik!!”, kini satu namja tak suka kedekatan minri dengan namjachingunya itu seraya melepaskan rangkulan namjachingu minri. Aku hanya melihat tontonan gratis ini sebelum aku benar-benar keluar dari kelas ini.

 

“Dan satu lagi!! Kau bukan namjachingunya!! Jadi berhenti memanggilnya dengan panggilan chagi. Karena akulah namjachingu minri. Arraseo tuan park?”, ucapnya lagi. Ok! Jujur aku bingung dengan ini.

 

“Aishhh!! Dan kau juga bukan namjachingu minri!!”

 

“Ya!!! Kalian ini apa-apaan ??!! Kalian berdua bukan namjachingu ku!!!”, bentak minri pada dua namja yang sekarang aku yakini mereka mengaku-aku menjadi namjachingu minri

 

“Mian Minri yeppeo…”, ucap mereka berbarengan

 

“Aishhh terserah  kalian!!”, celetuk minri dengan pasrah

 

“Annyeong jiyeon-ah, chanyeol imnida. Tak disangka kita mempunyai marga yang sama jiyeon-ah”, ucap namja yang lebih tinggi dan mempunyai suara yang berat.

 

“Ahh.. Jinjjayo?”, tanyaku seraya tersenyum padanya

 

“nde, jiyeon-ah.. marga kita park. Bangapta nde..”

 

“nado, chanyeol-ah..”

 

“Annyeong jiyeon-ah.. baekhyun imnida. Bangapta ne..”

 

“nado, baek..”

 

Kulihat seisi kelas ternyata hanya tinggal aku , minri, chanyeol, baekhyun dan hmmmm… entah siapa namja yang duduk paling di belakang.

 

“Minri-ya.. kau pulang denganku nde…”, ucap chanyeol seraya mengedipkan satu matanya.

 

“Ani! Kau pulang denganku, minri-ya..”, ucap baekhyun tak mau kalah. Ok. disini aku mengerti. Kurasa mereka berdua menyukai Minri

 

“Ani! Dengan ku saja, minri-ya”, ucap chanyeol sekali lagi

 

“Denganku saja minri-ya”, celetuk baekhyun

 

“aku!!”, kini chanyeol mulai geram dan menatap tajam baekhyun yang notabene nya sahabatnya sendiri.

 

“Aku!!”

 

“Cukup!!! Aku tidak pulang dengan mu tuan park!!”, ucap minri seraya mengangkat telunjuk dan menaruh di depan dada chanyeol

 

“ataupun denganmu tuan byun!!”, ucapnya lagi beralih kepada baekhyun.

 

“karena aku akan pulang dengan jiyeon”, sambung minri seraya beralih pandangan ke arahku

 

“Mwoya?”, ucapku kaget

 

Ku tatap tidak percaya kepada minri. Ku lihat dia mengedipkan dengan genit sebelah matanya. Aigoo itu membuat ku geli.

 

“ahh iya. Minri akan pulang denganku..”, ucapku meyakinkan baekhyun dan chanyeol

 

“Yahh… Yasudahlah … besok saja ya minri. Annyeong”, ucap baekhyun dan chanyeol bersamaan.

 

Kulihat duo BaekYeol itu  pergi bersamaan. Mereka hendak mencapai pintu namun mereka terhenti dan berbalik.

 

“Ya!! LuHan!! Kau tidak pulang eoh?!”, ucap Chanyeol sedikit penekanan di kata-katanya.

 

Luhan? Siapa dia? Apakah itu namja yang ada di bangku belakang? Ya pasti dia yang bernama luhan.

 

“Aigoo.. dia tertidur rupanya, yeol.. kita tinggalkan saja”

 

Dan Baekyeol pun kembali melanjutkan langkah mereka untuk  pulang.

 

Aku masih bingung dengan siapa namja yang bernama luhan itu. ku alihkan pandangan ku kepada nya. Hingga minri mengajakku pulang.

 

“Kajja jiyeon-ahh kita pulang”

 

“Ani, minri-ya.. Aku masih ingin melihat-lihat kampus ini. Kau pulang duluan saja”

 

“Kalau begitu biar ku temani”

 

“Tidak usah. Aku bisa sendiri. Pulanglah minri-ya”

 

“kau yakin?”

 

“nde..”

 

“ok kalau begitu annyeong..”

 

“nado, minri-ya”

 

Minri pun kembali berjalan menuju pintu dan dirinya hilang dari balik pintu kelas. Dan kini hanya tinggal aku dan namja yang bernama luhan itu.

 

———Love is Hurt———

LUHAN’S POV

 

Ternyata kini hanya ada aku dan yeoja baru itu, Jiyeon. Sengaja tak ku hiraukan panggilan Baekyeol yang tadi telah mengajak ku pulang. Entah setan apa yang menghampiriku, rasanya aku ingin dekat dengan jiyeon. Tak pernah kurasakan seperti ini. Biasanya aku menghiraukan teriak-teriakan yoeja yang menggilai ku setiap aku lewat di kampusku.

 

Ku bangunkan diriku dari bangku ku. Ku lihat dia sedang menatap kea rah jendela kelas dan mungkin sedang melihat pemandangan taman kampus dari atas. Ku coba untuk dekat dengannya.

 

Apa ini? Mengapa rasanya berdetak 2x lebih cepat dari biasanya? Kenapa rasanya aku kaku di dekat yoeja ini? Belum juga aku berkenalan dengannya. Ayolah luhan!! Hwaiting!!

 

Aku menepuk pelan pundaknya. Dan dapat kurasakan dia terkaget dan berbalik ke arahku.

 

“Eoh?”, kagetnya.

 

“Annyeong. Kau sendirian?”, aishhh apa yang ku katakan? sudah jelas dia sendirian!

 

“hmmm.. aniyo.. aku di sini denganmu..” ucapnya seraya tersenyum. Arghh senyumnya membuat ku tenang. Dan apa dia bilang. Denganmu? Maksudnya dengan ku? Aigoo kenapa aku begitu senang. Ku rasa aku bisa mengontrol jantungku

 

“Xi Luhan imnida..”, ucapku seraya mengulurkan tanganku.

 

“Aku sudah tau namamu, luhan-ah.. Jiyeon imnida..”, dia membalas uluran tanganku. chakkaman! Dia tau namaku? Dari mana? Bukan kah dia baru sekolah, masa dia sudah tau kedudukan ku sebagai ulzzang?

 

“Kau tau darimana namaku?”, tanyaku selidik dan sedikit berbasa-basi.

 

“Dari Chanyeol dan Baekhyun..”, ucapnya kembali tersenyum. Ahh iya. Tadi duo baekyeol itu memanggil ku.

 

“Ahh.. bangapta jiyeon-ahh”

 

“nado bangapta, luhan-ah..”

 

Dan kembali kami terdiam. Sama-sama terdiam dalam kecanggungan masing-masing. Kembali terdiam kepada pikiran kami masing-masing entah apa yang dipikirkan oleh jiyeon.

 

 

———Love is Hurt———

 

 

JIYEON’S POV

Awal yang bagus hari ini. Aku sudah punya sahabat baru, Minri. Chanyeol dan Baekhyun yang mungkin akan menjadi teman konyol ku. Luhan! Namja ini , aku tak tahu entah jadi siapa kun anti ke depannya. Beberapa menit yang lalu dia terasa aneh saat memperkenalkan dirinya. Entahlah, dia ingin memperkenalkan dirinya, tapi dia seperti kikuk untuk menyusun kata-katanya. Padahal berkenalan itu adalah hal yang mudah, tapi itu yang membuatnya terlihat lucu dari kedua mataku.

 

Aku masih penasaran dengan apa yang ada di kampus ini dan itu membuat mengapa aku sedang menginjakan langkah demi langkah ku di kampus ini. Melihat setiap sisi Seoul Art School. Dari kantin, perpusatakaan, taman kampus, ruang menari, ruang seni, dan tentunya yang ingin sekali aku lihat adalah ruang musik.

 

Ku hentikan langkahku ketika kepalaku mendongakan keatas membaca tulisan ‘Music Room’. Ruang musiknya terlihat seperti aula, pintunya saja dibiarkan terbuka lebar. Lumayan besar seperti di Canada. Mulai lagi ku pijakan setiap langkah kakiku memasuki ruang musik ini. Ku lihat setiap sisinya dan mataku tertuju pada seseorang yang tengah memetik senar gitar di ujung sudut ruangan. Dan kenapa mata ini tidak pernah lepas darinya. Sepertinya aku pernah bertemu dengannya. Dia…

 

“Omona!! Dia melihatku!”, kagetku dalam hati

 

———Love is Hurt———

 

SEHUN’S POV

“Ternyata dia yang sudah mengusik ku dari tadi”, rutuku dalam hati ketika gerak-gerik ku sedari tadi seperti ditatap oleh kedua pasang mata.

 

“Cih!! Yoeja itu lagi!!”, kataku pelan.

Ternyata yoeja itu yang memerhatikan ku. Sama seperti yoeja lainnya. Memerhatikan ku dan tiba-tiba saja memotretku secara diam-diam. Ku tatap tajam yoeja itu. Aku muak mellihatnya. Langsung saja aku menaruh gitar di dekat piano dan alat musik lainnya. Segera aku pergi dari ruangan ini. Melewati yoeja itu dan dapat ku lihat dia memerhatikan ku. Tak ku gubris setiap pandangannya.

 

“Chakkaman”, sergahnya tiba-tiba. Namun tetap saja aku tak menggubrisnya dan tetap ku lanjutkan jalan ku.

 

“Jebal chakkaman”, sekali lagi dia mencegahku. Ok! aku berhenti. Ku dengar langkah kaki yang kini tengah menyusulku yang sudah berdiri di ambang pintu , hendak keluar.

 

“Mianhaeyo..” , ucapnya lembut yang kini sudah berada di hadapan ku

 

“tadi pagi aku sudah menabrakmu. Aku anak baru dan tidak tahu jam pelajaran ku akan dimulai. Sehingga aku terlambat dan tidak sengaja aku menabrakmu”, sambungnya lagi yang kini kepalanya tertunduk.

 

“Kau sudah membuat headseat ku kehilangan fungsinya”, ucapku jujur.

 

“Mianhae.. biar ku ganti”

 

“Mwoo???!! Menggantinya??!!! Cihh!! Sombong sekali kau!! Kau kira kau bisa membeli apapun dengan uangmu itu?!! Waktu!! Kau tak dapat membeli waktu!!  Jika aku mau, aku juga bisa bebas mengganti ini. Tapi apa kau tak pernah menjaga peninggalan dari seseorang yang kau cintah hah?!!!”, bentakku pada yoeja ini. Aku tak habis pikir apa yang dikatakan yoeja ini. Rasanya dia terlalu menyombongkan hartanya. Tanpa berpikir dan menunggu yoeja itu bicara lagi, segera saja aku mempercepat langkahku meninggalkan yoeja itu di ruang musik ini. Menyusuri lorong kampus yang tengah tidak ada seorangpun disana karena setiap jam pelajaran telah selesai

 

“chakkaman!!”. Ternyata yoeja itu mengejarku. Dapat terdengar jelas dari suaranya. Namun kali ini aku tidak akan menggubrisnya lagi

 

“Oh sehun, chakkaman”, Panggilnya lagi.

 

“bagaimana dia bisa tahu namaku?” , gumamku. bodohnya aku berhenti ketika dia memanggil namaku.

 

“Mianhae.. aku tak tahu bagaimana cara menebus kesalahanku.. jadi aku berniat menggantinya agar kau tidak marah. Namun ternyata caraku membuat mu lebih marah lagi terhadap ku. Sungguh aku tidak tau cara apa yang dapat membuatmu memaafkan ku”, ucapnya panjang lebar. Aku berbalik menghadapnya. Dan ku dapati sekarang dia tengah mengelurkan butir-butir air mata dari matanya yang kurasa itu indah.

 

“hikks.. hikks.. mianhae.. hikkss oh sehun”, ucapnya bersatu dengan isakan tangisnya. Apa aku terlalu kasar terhadapnya sehingga membuatnya menangis?

 

DEG!!

Dia membuat ku ingat kembali dengan masa laluku. Tangisannya sangat mirip. Dan mengapa ini kembali membuat dadaku sesak? Entahh setan apa yang ada di pikiran ku hingga kini aku membawanya ke dalam dekapanku. Tubuhku yang lebih tinggi darinya membuatku membawa kepalanya ke depan dadaku. Dan dapat kurasakan dia mengaliri seragam ku dengan bulir air matanya. Dan mengapa rasanya kembali aku memeluk seseorang di masa lalu.

 

“Jebal.. Uljima… aku.. sudah memaafkanmu”, kataku pelan sembari mengelus rambutnya yang wangi dengan aroma mawar yang sungguh ini sama kembali. Dan kurasakan isakan tangisnya yang mulai berhenti. Namun aku tak ingin melepaskannya. Aku ingin memeluknya erat. Aku ingin seperti ini. Kembalik memeluk sosok yang selama ini ku rindukan.

 

 

———TBC———

 

 

Akhirnya chapter 2 kelar juga. Mian kalo author lama ngepostnya. Soalnya author banyak tugas sekolah yang harus cepet-cepet diselesaikan. Dan juga author lagi belajar buat cover FF yang lebih memuaskan buat readers lihat. Hehehehe :D

Karena readers udah baca jangan lupa comment ya tentang kesan setelah baca chapter 2 ini. minta juga pendapat tentang cover ne.. hehehehe

Baby Don’t Cry chapter 2/2 , author usahain minggu ini kelar. Dan mungkin bakal ada 1 FF Oneshoot. Karena minggu besok dari tanggal 23-28 lagi ujian tengah semester jadi bakal gak ngepost FF sama sekali .. Hehehe udah ahh author ngebacot mulu.

 

Don’t be a silent readers :) 

 

Jeongmal gamsahamnida. Annyeong~

28 responses to “Love is Hurt (Chapter 2)

  1. ommo, jiyeon daebak !!!
    d hari pertama msuk sekolah aja udh d sukai ama 2 namja tampan !!!
    tp sehun lbih beruntung krna bisa meluk jiyeon !!!

    next part

Leave a Reply